Haji dan UmrahPelayanan Umum

Sulit Temukan Produk Indonesia di Dapur Saudi, Kemenag Perkuat Ekonomi Haji

"Dalam penyelenggaraan haji dan umrah, jamaah biasanya makannya makanan Indonesia, bumbu Indonesia. Untuk bumbu saja, kebutuhannya mencapai ratusan ton. Ini market yang terbuka," jelas Hilman.

Umrah News – Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama menggelar Focus Group Discussion (FGD) mengusung tema Penguatan Ekosistem Ekonomi Haji Indonesia.

Dalam diskusi tersebut, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief bercerita tentang pengalamannya saat sedang meninjau beberapa dapur katering di Arab Saudi pada Maret 2022 lalu.

Hilman bersama jajarannya meninjau gudang berpendingin, yaitu tempat penyimpanan bahan makanan.

Tinjauan tersebut bertujuan untuk melihat kesiapan dan kapasitas layanan yang dapat diberikan.

Di sana terdapat banyak produk yang biasa digunakan untuk melayani jamaah haji, mulai dari sayur mayur, daging, bumbu, dan lainnya.

“Kita sambil keliling melakukan observasi, ingin melihat apa yang ada di dalamnya. Sulit sekali membaca tulisan Indonesia. Mulai beras, ada Rojo Lele Thailand, Pandan Wangi Singapura dan Malaysia. Kita hanya kebagian merk nya saja, buy-nya lewat,” ujar Hilman di Jakarta, Kamis (10/11).

“Ada satu-satunya produk Indonesia, yaitu krupuk udang Sidoarjo,” sambungnya. Bahkan, Hilman mengaku menemukan satu kemasan makanan dari perusahaan Thailand, yang isi makanannya sangat mirip dengan rendang daging.

Fakta ini kata Hilman menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk menguatkan ekosistem ekonomi haji dan umrah. Dalam hal ini, terdapat dua alasan yang disampaikan Hilman.

Pertama, market ekonominya sangat terbuka. Tahun 2019, ada satu juta orang melaksanakan umrah. Dalam kondisi normal, kuota jamaah haji Indonesia mencapai 200 ribu per tahun. Jumlah jamaah haji yang menunggu keberangkatan mencapai 5,2 juta.

“Dalam penyelenggaraan haji dan umrah, jamaah biasanya makannya makanan Indonesia, bumbu Indonesia. Untuk bumbu saja, kebutuhannya mencapai ratusan ton. Ini market yang terbuka,” jelasnya.

Kedua, haji bukan hanya untuk ritual. Mengutip ayat 27 dan 28 Surat Al-Hajj, Hilman menjelaskan bahwa manfaat haji mencakup spiritual, sosial persaudaraan, dan juga ekonomi.

“Nampaknya kita belum memberikan perhatian lebih pada pesan liyasyhadu manaafi’a lahum pada ayat ke 28 surat Al-Hajj, utamanya pada aspek ekonomi. Sekarang Thailand, Vietnam, dan China justru sudah bergerak ke arah manfaat eskonomi,” tuturnya.

“Kita mungkin belum punya awareness tentang itu. Kalau pun sudah ada, kita belum punya ekosistem yang baik untuk menopang. Di sinilah pentingnya FGD untuk membahas penguatan ekosistem ekonomi haji,” tandasnya.

Google News

Umrah News

Berita Seputar Haji & Umrah Paling Aktual

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Lainnya